PERISTIWA TERKINI - Dahulu, tidak ada nama Jalan Pasundan, Siliwangi, Pajajaran, atau sesuatu yang berhubungan dengan budaya Sunda di Jawa Timur. Sebaliknya, tidak ada nama jalan berhubungan dengan budaya Jawa di Bandung atau Jawa Barat. Kabarnya, ada mitos sejarah di balik cerita tersebut.
Tiga Gubernur (DIY, Jabar, dan Jatim) turun menanganinya. Di Yogyakarta sekarang sudah ada nama Jalan Siliwangi dan Pajajaran dan di Jatim belum ada. Setelah di Jawa Barat, belum ada nama jalan Hayam Wuruk, jalan Majapahit, atau yang berhubungan dengan budaya Jawa.
Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat) menyatakan ada mitos sejarah di balik tidak adanya nama jalan terkait dengan Sunda di Jawa. Kebalikannya, tidak ada nama jalan berkaitan dengan Jawa di Jabar atau Tanah Pasundan.
Aher mengatakan, kejadian Pasundan Bubat yang terjadi 600 tahun yang lalu menyimpan emosi kolektif di masyarakat Sunda dan Jawa. Perang Bubat atau Pasundan Bubat perselisihan antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Majapahit.
"Gagasan historis dan psikologis menghalangi tidak adanya nama jalan Pajajaran dan Siliwangi di Jawa dan tidak adanya nama jalan Majapahit dan Hayam Wuruk di Jawa Barat," kata Aeng, panggilan akrab Ahmad Heryawan, saat menghadiri peresmian Jalan Pajajaran dan Siliwangi di Yogyakarta.
Walaupun berlalunya waktu, hal tersebut mulai hilang tapi perasaan keadaan dengan pandangan negatif soal Sunda dan Jawa jelas merugikan perjalanan bangsa ke depan. Nah, Selasa (6/03/2018), Aher, Sri Sultan HB X (Gubernur DIY) dan Soekarwo (Gubernur Jatim) bertemu di Hotel Bumi. Jika di Yogya sudah ada nama Jalan Siliwangi dan Pajajaran, maka di Jabar dan Jatim akan tinggal mengikuti.
"Ini penting karena 661 tahun kita berada dalam posisi yang memiliki masalah budaya seperti ini," kata Kepala Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Benny Sampirwanto, menirukan ucapan Gubernur Soekarwo, Rabu (3/07/2018).
Di Surabaya, akan ada Jalan Pasundan dan Prabu Siliwangi. Menurut Pemprov Jatim, jalan ini sebagian menggantikan Dinoyo Street dan Gunungsari. Sementara di Bandung akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk yang menggantikan Gazebo Street (depan Hotel Pullman) dan Jalan Kopo pendek (RS Immanuel).
Rencananya di Surabaya tidak mulus. Pengamat sejarah dan budaya dan komunitas masyarakat Arek Suroboyo menunjukkan untuk menolak penggantian nama Dinoyo Street ke Pasundan. Mereka menilai Dinoyo Street penuh dengan nilai sejarah, sehingga tidak bisa diubah begitu saja. Jika di Surabaya tidak diperbaiki, di Bandung relatif kondusif. Tidak ada tindakan penolakan, hanya ada catatan dari pihak yang berkepentingan, termasuk sejarawan dan pakar budaya.
Banyak orang yang menilai pencantuman nama jalan untuk harmonisasi Sunda dan Jawa. Beberapa beranggapan, tidak perlu. Tentu saja, karena masing-masing memiliki sudut pandangan yang berbeda. Jelas, kebijakan membutuhkan sebuah proses. Ada mekanisme politik di DPRD, juga perlu persetujuan pemerintah daerah sekitar.