PERISTIWA TERKINI - Produk impor mendominasi barang yang dijual lewat e commerce. Data Asosiasi E commerce Indonesia (IdEA) menunjukkan, dari total produk yang dijual secara online di Indonesia saat ini, 90-95% merupakan produk impor, sedangkan lokal hanya 5-6%. Samuel Abrijani Pangerapan (Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo) mengatakan, jika melihat total transaksi online di Indonesia di tahun 2016 yang sebesar 20 US$ miliar.
Transaksi tersebut sejatinya masih sangat kecil dari target sebesar US$ 200 miliar. Menurutnya jumlah angka saat ini belum terlalu signifikan pengaruhnya terhadap produk lokal Indonesia.
"Kita selalu memberikan peluang yang memudahkan. Bagaimana kita mendorong pelaku-pelaku lokal ini juga bisa bersaing. Tapi kalau menurut saya, yang sekarang terjadi ini masih untuk menggairahkan. Kalau enggak, ekosistemnya enggak akan tumbuh. Ini harus jadi dorongan. Lagi pula, ecommerce juga akan bayar pajak di Indonesia kok," katanya dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (3/2/2018).
"Dari sisi investasi, teknologi, expertise, kita bisa lihat kita nikmati keriuhan ini, tapi jangan sampai membuat momen ini membuat lokal kita tertinggal jauh. Karena kecepatannya ini sedemikian rupa, sehingga pada saat kita baru bicara meningkatkan produk lokal kita di domestik, mereka sudah bicara bagaimana membawa produk mereka ke seluruh dunia," katanya.
"Jadi yang harus kita lihat bagaimana kita membawa lokal ini bisa lebih cepat bersaing. Kapan lokal kita ini harus bisa lebih cepat dari yang kita bayangkan. Karena kalau saat asing masuk secara natural, kita akan ketinggalan tentunya. Tapi mereka juga belum terlalu agresif menurut saya. Karena sekarang masih di permukaan, masih belum mengeksploitasi pasar lokal," mengakhirinya.
Maka dari itu, Ketua Umum Asosiasi e Commerce Indonesia idEA sekaligus CEO Blanja.com, Aulia E. Martino mengatakan, persoalan saat ini adalah bukan menyalahkan dominasi produk impor yang ada. Peningkatan daya persaingan produk lokal yang didominasi produknya oleh UMKM dirasa lebih bijak.