JAKARTA TERKINI - Putusan Mahkamah Konstitusi tentang ambang batas pemilihan presiden atau Presidential Treshold akan berdampak sejumlah hal. Selain jumlah calon presiden tidak akan terlalu banyak, putusan tentang PT 20 persen titu juga dapat memunculkan koalisi politik di tanah air.
Paling tidak, peta politik menjelang Pilpres 2019 bisa terdiri dari tiga kubu yang mungkin terjadi, yakni kubu Jokowi, kubu Prabowo, dan kubu SBY bersama partainya masing-masing. Arah terjadinya pengkubuan pada Pilpres 2019 dapat terbaca dari sekarang. Saat ini, lanjut Zaenal, Gerindra sebagai partainya Prabowo sudah membangun koalisi permanen dengan PKS dan PAN.
Di sisi lain, Jokowi memiliki dukungan dari koalisi pendukung pemerintah. Satu simpul ditempati kubu SBY bersama Partai Demokrat. Zaenal menghitung, koalisi pendukung Jokowi memiliki lebih dari 40 persen suara. Gerindra dengan koalisi permanen yang dibangunnya, menjadi salah satu kompetitor kubu Jokowi.
Dengan motivasi Gerindra untuk menggolkan Prabowo sebagai Presiden RI, persaingan 2 kubu ini diperikrakan akan berjalan ketat. Lalu, di mana posisi kubu SBY? Menurut Zaenal, sebagai pemegang suara 10 persen, SBY bersama Demokrat bisa menjadi kubu penentu atau penyeimbang. Mungkinkah kubu SBY bergandengan dengan kubu Prabowo?
"Setidaknya, 3 kubu tersebut yang akan muncul dan menjadi penentu dinamika Pilpres 2019," ujar pengamat politik Zaenal A Budiyono, Minggu (14/1/2018).
Zaenal menyebutkan hal itu tidak terlalu terkonfirmasi di masa lalu. Faktanya, saat Prabowo bersama Hatta Rajasa berkompetisi dengan Jokowi dan Jusuf K alla di Pilpres 2014, SBY tidak mutlak memberi dukungan. Padahal seperti diketahui, Hatta Rajasa adalah besan SBY.
Zaenal memberi gambaran, saat itu SBY hanya memberikan imbauan, bukan perintah tegas kepada kubunya untuk mendukung Prabowo dan Hatta Rajasa secara mutlak. Fakta lain, di antara kubu SBY juga ada pihak-pihak yang mendukung Jokowi dan Jusuf.
“Susilo Bambang Yudoyono tidak memiliki sejarah koalisi yang sesungguhnya dengan Prabowo, paling mereka hadir bersama macam pada acara makan nasi goreng, tidak lebih,” kata Zaenal memberi ilustrasi.
Zaenal menambahkan, kubu kubu SBY dan Prabowo keduanya saling membacanya dan saling mengenal kondisi masing-masing. Sekarang yang terbaca adalah SBY yang menunjukkan kecenderungan untuk mendekati kubu Jokowi.Dukung Demokrat ke Ganjar Pranowo untuk maju ke Pilgub Jawa Tengah menjadi salah satu indikasi.
Namun, Zaenal tidak menyangkal bahwa kubu SBY memiliki peluang besar untuk bergerak secara dinamis antara kedua kamp Jokowi dan Prabowo. Kesempatan Dua Jokowi dan Prabowo Di sisi lain, Dekan FISIP Universitas Budiluhur Fahlesa Munabari memiliki pandangan yang berbeda. Dia menegaskan bahwa koalisi kubu Jokowi dan Prabowo masih mungkin akan terjadi.
"Apapun kemungkinan koalisi Prabowo dan Jokowi masih belum ditutup dan politik selalu dinamis," katanya.
Saat ini, kata dia mengilustrasikan, kubu Prabowo sedang berupaya memperkuatnya. Itu, imbuhnya, bisa diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan daya tawar ke kubu Jokowi. Yang diketahui, belakangan ini telah muncul hasil sebuah survei yang menyebutkan keinginan duet Jokowi dan Prabowo untuk menjadi pemimpin Indonesia melalui pemilihan presiden 2019.