Buwas Kantongi Nama Persengkokolan Beras, Apakah Lama Beras Mahal Selesai? - BERITA HARIANJAKARTA TERKINI

BERITA TERPERCAYA MASA KINI

Tuesday, May 8, 2018

Buwas Kantongi Nama Persengkokolan Beras, Apakah Lama Beras Mahal Selesai?

JAKARTA TERKINI - Budi Waseso (Direktur Utama Bulog) mengakui sudah mempunyai daftar nama-nama persengkokolan beras di Indonesia. Dia mengatakan sudah mengetahui jaringan mafia dalam rantai pasok beras dan akan memberantas mereka sehingga harga beras tidak lagi dipermainkan.

Dalam memberantas beras, Buwas sapaan akrab Budi Waseso, akan berkoordinasi dengan Polri dan Satgas Pangan. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional, pada 8 Mei 2018, harga rata-rata nasional beras medium kualitas I di pasar tradisional masih mahal yakni tercatat Rp11.850/kg dan kualitas II Rp 11.650/kg.

"Jaringan mafia beras saya sudah ketahui, nanti perlahan-lahan saya akan ambil tindakan, walaupun nggak bisa langsung karena saya tidak punya wewenangnya. Tetapi saya punya tim dan ada Satgas Pangan," ungkap Buwas saat peresmian franchise kopi miliknya di salah satu kedai kopi di Jakarta, Selasa (08/05/2018).

Disamping itu, di Jakarta harga beras medium kualitas I Rp 13.700 per kg dan kualtias II Rp 12.550 per kg. Adapun harga eceran tertinggi (HET) beras medium untuk Jakarta jauh di bawah itu yaitu Rp 9.450 per kg.

Buwas menambahkan, sebagaimana yang biasa dia lakukan di institusi-institusi yang dia pimpin sebelumnya, saat ini dia sedang membangun sinergitas serta 'membersihkan' Bulog di dalam, sembari menyamakan visi dengan pejabat-pejabat Bulog lainnya.

Ia juga megatakan keluaran baru dalam mendistribusikan beras Bulog ke masyarakat dengan harga terjangkau, antara lain dengan menyiapkan beras Bulog dalam kemasan 5 kg dan 10 kg yang dilengkapi barcode. Buwas, yang juga pernah menjabat Kabareskrim Polri ini di lantik menjadi Dirut Bulog pada 27 April 2018.

"Dengan barcode ini, kita akan dapat mendeteksi volume pembelian dari satu daerah, siapa agen yang membelinya, sehingga tidak mudah melakukan penimbunan atau permainan harga," jelas mantan kepala Badan Narkotika Nasional itu. (BNN) kepada Berita Harian Jakarta Terkini.