PERISTIWA TERKINI - Sampah elektronik mencapai nilai 45 juta ton di seluruh dunia pada 2016. Sampah itu mengandung logam berharga yang ditelantarkan, mulai dari emas dan tembaga. Itu terjadi karena sampah elektronik mulai dari televisi, telepon seluler, dan produk lainnya tidak seluruhnya di proses kembali bahan yang sudah terpakai, hasilnya studi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini sangat mengejutkan.
Naiknya pendapatan masyarakat dan turunnya harga produk elektronik mulai dari bagian permukaan surya hingga lemari es. Keadaan tersebut membuat sampah elektronik semakin meninggi. Baterai saja sudah 7% dari total 40 juta ton sampah elektronik pada 2014. Bahan baku limbah produksi elektronik pada 2016 diperkirakan bernilai USD 64,6 miliar, termasuk logam mulia seperti emas, perak, tembaga, platinum, dan paladium.
Namun hanya 8,9 juta ton sampah elektronik yang telah tercatat telah dikumpulkan dan didaur ulang pada tahun 2016. Sebagian besar limbah elektronik berakhir seperti limbah di TPA meskipun proses kembali bahan yang sudah terpakai dapat memiliki nilai ekonomi yang besar.
"Masih mengejutkan, hanya 20% limbah elektronik yang dikumpulkan dan didaur ulang," kata Ruediger Kuehr, Kepala Program Siklus Berkelanjutan Universitas PBB.
Secara keseluruhan, limbah elektronik akan mencapai 52,2 juta ton pada 2021. China merupakan sumber limbah elektronik terbesar 7,2 juta ton pada 2016, melebihi Amerika Serikat (AS). Laporan mengatakan, banyak orang menyingkirkan gadget lama karena mereka ingin memiliki model terbaru atau biaya perbaikan yang lebih mahal daripada membeli produk baru.
"Ada banyak perdebatan dan kritik tentang meningkatnya jumlah orang yang lebih memilih untuk menyingkirkannya sebagai karakteristik konsumerisme dan kecenderungan membuang dan membeli yang baru daripada merawat dan memperbaiki," kata laporan tersebut.
Kuehr menegaskan bahwa rendahnya tingkat kumpulan dan daur ulang sisa produksi elektronik sangat mengejutkan karena 66 negara atau sekitar dua pertiga penduduk dunia memiliki peraturan tentang pengolahan limbah elektronik. Australia dan Selandia Baru memiliki jumlah sampah elektronik tertinggi 17,5 kg / orang.
Namun, hanya 7% yang dikumpulkan dan diproses kembali bahan yang sudah terpakai, Eropa memiliki tingkat pengumpulan sampah elektronik paling tinggi 35%. Kuehr mendorong konsumen untuk mempunyai produk dengan kode daur ulang saat membeli produk.