Soal Macet Tanah Abang, Pejalan Kaki Sebut Sandi Kurang Piknik - BERITA HARIANJAKARTA TERKINI

BERITA TERPERCAYA MASA KINI

Tuesday, November 7, 2017

Soal Macet Tanah Abang, Pejalan Kaki Sebut Sandi Kurang Piknik


Related image


PERISTIWA TERKINI Pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta [Sandiaga Uno ](/3152494 ""), yang menyebut salah satu penyebab kemacetan di Tanah Abang karena pejalan kaki, mendapat tanggapan dari Koalisi Pejalan Kaki.

Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengatakan, Sandiaga kurang piknik di Jakarta.

"Saya mengimbau Pak Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pak Sandi, untuk lebih banyak piknik di Kota Jakarta. Piknik itu untuk melihat kondisi pejalan kaki di kotanya yang sedang dipimpin oleh Pak Anies-Sandi," ucap Alferd kepada Liputan6.com, Senin (6/11/2017).

Dia menyampaikan hal ini agar Sandi tidak keliru terkait satu isu di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang lantas dibawa ke ranah yang sempit. Memang, kata Alferd, ada ratusan pejalan kaki keluar dari stasiun. Oleh karena itu, trotoar diperlebar.

"Jadi, ketika trotoar dilebarkan di sana, memang rumusannya begitu. Ketika ada pejalan kaki di suatu kawasan, rumusannya yang dipakai, bagaimana pejalan kaki, kali per berapa jam. Itu digunakan Kementerian PU. Itu secara regulasi dan aturan," ucap Alferd.

Dia mengingatkan, pada dasarnya manusia itu pejalan kaki. Sehingga, dia menduga para staf Sandiaga kurang melakukan kajian.

"Mungkin kurang pembisik Beliau. Pembisiknya Beliau terlalu gamang. Berhati-hatilah dalam bersikap. Jadi isu pejalan kaki sekarang, bagaimana kota itu yang inklusi, ramah dan beradab. Jadi kalau trotoar menjadi hiasan, makanya apa yang disebut Pak Wagub tadi, bahwa pejalan kaki penyebab kemacetan," ucap Alfred.

Dia pun menuturkan, Jakarta akan sulit menjadi kota besar seperti Singapura dan negara lain, jika pola pikirnya seperti itu.

"Apa sih sebenarnya kajian Beliau? Harusnya melihat bahwa dalam masa bayi yang kuning, baru saja dilahirkan jadi pemimpin. Harusnya 2-3 bulan baru bisa memberikan statement lain. Kondisi Jakarta seperti apa, sih? Beliau itu keliru," pungkas Alfred.