PERISTIWA TERKINI Sementara itu di Eropa, berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh European Environment Agency (EEA) awal pekan ini, penyebab utama kematian di Eropa adalah akibat polusi udara.
Dalam laporannya, EEA mengungkapkan bahwa sejauh ini pembunuh terbesar adalah polusi PM2.5: partikel kecil berukuran 2,5 mikrometer kurang atau lebih. Meski kecil ukurannya, partikel ini mampu membunuh dalam jumlah besar. Sejak tahun 2014, PM2:5 telah menyebabkan 428 ribu kematian dini kanker, penyakit jantung, dan stroke di 41 negara Eropa.
Pada 2015, sebanyak 57 persen dari emisi ini diakibatkan oleh pembakaran kayu di area. Sementara partikel Nitrogen dioksida, yang kebanyakan berasal dari knalpot kendaraan, merenggut hampir 78 ribu nyawa setiap tahunnya di tiap negara-negara tersebut.
"Penyakit jantung dan stroke adalah alasan paling umum untuk kematian dini akibat polusi udara, dan partikel ini bertanggung jawab atas 80 persen dari ketiga kasus penyakit tersebut," kata Alberto González Ortiz, salah satu personel EEA yang menulis laporan tersebut.
Secara keseluruhan, 7 sampai 8 persen penduduk perkotaan Eropa terpapar tingkat PM2.5 di atas batas UE. Namun angka ini masih di bawah batas ketat WHO yang ketat dari 10 mikrogram per meter kubik. Lajunya meningkat menjadi 82 sampai 85 persen. Salah satu kota yang dianggap memiliki perilaku terburuk atas polusi udara di Eropa adalah Krakow di Polandia.
Menariknya, laporan yang dikeluarkan oleh EEA tersebut mengungkapkan bahwa polusi udara juga dapat memperburuk penyakit pernafasan dan kanker, dan memiliki dampak yang mematikan pada diabetes, penyakit Alzheimer, kehamilan, dan perkembangan otak pada anak-anak.
Dengan giatnya kampanye Udara Bersih atau #CleanAir yang diadakan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO, angka emisi tersebut diperkirakan akan menurun drastis. Ia mengatakan ini hal bisa dipercepat dengan membatasi jumlah kendaraan, membakar bahan bakar bersih dan meningkatkan pedestrianisasi. Ia juga menyarankan untuk mengadaptasi jalan dan bangunan agar sesuai dengan lingkungan bersepeda.
Nah, kalau di Eropa saja yang udaranya masih jauh lebih bersih daripada di beberapa kota besar di Indonesia, bagaimana dengan Jakarta?
Dengan tingkat polusinya dianggap salah satu yang terparah di dunia. Data penelitian dari Universitas Indonesia sebagaimana dipublikasikan di Vice.com menyebutkan bahwa kendaraan bermotor terutama mobil berkontribusi sebanyak 70 persen dari penyebab utama polusi udara di Jakarta.
Partikel polusi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor ini berukuran PM10. Sementara itu, bus TransJakarta yang beberapa tahun sebelumnya dianggap sebagai penyumbang polutan udara, kini bebas dari 'tuduhan'. Pasalnya, pemerintah DKI Jakarta telah mengganti moda pengeluaran bahan bakarnya dengan standar emisi Euro 5 yang lebih aman.
Dwi Sawunng dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) sebagaimana dilansir melalui Vice.com mengatakan bahwa terdapat perbedaan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di setiap wilayah di Jakarta. Pencemaran udara tertinggi di Jakarta, dikatakan oleh Sawunng, terdapat di Jakarta Utara dan Timur yang disebabkan oleh banyaknya industri yang berlokasi di sana, ditambah dengan padatnya lalu lintas kendaraan setiap harinya.