Ada Kaitannya Gempa Di Ibukota Jakarta Dengan Gerhana Akhir Januari? - BERITA HARIANJAKARTA TERKINI

BERITA TERPERCAYA MASA KINI

Wednesday, January 24, 2018

Ada Kaitannya Gempa Di Ibukota Jakarta Dengan Gerhana Akhir Januari?


PERISTIWA TERKINI -  Kepanikan melanda Ibu Kota, di sebuah pusat perbelanjaan, semua pengunjung saling mendahului turun dengan tangga jalan, karyawan berpencar dari perkantoran. Pasien rumah sakit dievakuasi, tamu salon berhamburan, bahkan beredar foto seorang pria keluar dengan handuk terlingkar di badan,kemungkinan sedang mandi waktu gempa bumi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ingin menunaikan salat zuhur ketika Jakarta diguncang gempa, Selasa (23/01/2018). "Pak, ada gempa," itu yang disampaikan salah satu rekannya. Usai melihat lampu gantung bergoyang, Jusuf Kalla pun keluar ruangan.  Salah satu warga yang trauma membandingkan guncangan kuat di Jakarta dengan apa yang dialaminya pada 2007 lalu, ketika gempa bumi dahsyat melanda Yogyakarta.
Guncangan hebat yang dirasakan warga Jakarta Selasa siang, sejatinya tak berpusat di ibu kota. Episentrum gempa 6,1 skala Richter berada di laut, 43 km barat daya Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Cilangkahan, Provinsi Banten.

Tetapi, kejadian tersebut membuktikan satu hal yaitu Jakarta, kota terpenting di Indonesia, rentan gempa.  Belum lagi reda rasa was-was, beredar kabar tentang potensi lindu yang lebih besar lagi. "Diharapkan keluar rumah nanti malam pukul 22.30-23.59 dikarenakan potensi gempa susulan 7,5 SR," demikian kabar dari BMKG beredar viral.

Kabar, yang menyertakan peringatan dini dari BMKG soal potensi gelombang tinggi, belakangan terbukti bohong alias hoax. BMKG membantah, ahli gempa pun menepis. Ahli Geologi Gempa Bumi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, gempa susulan biasa terjadi. Namun, kekuatannya tak sebesar yang utama.

Secara terpisah, Kepala Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menegaskan, ilmu pengetahuan saat ini belum bisa memprediksi dengan tepat kapan, dimana, dan seberapa besar gempa yang akan terjadi. Karena itu, dia meminta masyarakat untuk menemukan kebenaran jika mereka mendapat informasi tentang gempa tersebut.

Namun, kesiapsiagaan merupakan keharusan bagi masyarakat Indonesia. Harus dipahami bahwa negara kita berada di lingkaran Cincin Api Pasifik dan area paling aktif ke-2 di dunia, sabuk Alpide. Terjepit di antara dua sarana gempa berarti, negara ini menjadi lokasi sejumlah letusan gunung berapi dan gempa terahsyat yang pernah terjadi di Bumi. Menjadi bencana 'supermarket'.

"Pelat Indo Australia dan Eurasia di Jawa selatan secara aktif bergerak pada tingkat rata-rata 6,6 cm per tahun, ratusan tahun tanpa gempa besar sehingga energi terkunci, yang berarti ada potensi besar, satu kali untuk melepaskan energinya. ke dalam gempa bumi dan menghasilkan tsunami.Ketika kita tidak tahu pasti, "kata Sutopo.

Sutopo menjelaskan bahwa Jawa bagian selatan adalah zona gempa yang sepi. Wilayah selatan Jawa, terutama dari segmen Pangandaran sampai Pacitan dan Banyuwangi, adalah celah zona seismik.

Gempa yang berpusat di Banten terjadi pada Selasa 23 Januari 2018 pukul 13.34 WIB, berdekatan dengan prediksi gerhana bulan pada 31 Januari 2018.  Sudah lama Bulan dikait-kaitkan dengan terjadinya gempa. Apalagi lindu dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 juga terjadi 2 pekan sebelum supermoon 10 Januari 2005.

Pun dengan gempa 9 SR di Jepang pada 11 Maret 2011. Benarkah fase Bulan berpengaruh pada aktivitas geologi, khususnya gempa? Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja menegaskan, tidak ada kaitan antara kedua fenomena alam tersebut. Berdasar hitungan astronomis, Rabu 31 Januari 2018, seluruh wilayah Indonesia akan mengalami fenomena Gerhana Bulan Total (GBT).

Proses GBT dimulai pada pukul 17.51 WIB dan berakhir pada pukul 23.08 WIB. Dilansir dari planetarium.jakarta.go.id, GBT dapat disaksikan di semua wilayah Indonesia. Namun, tahapan gerhana yang relatif dapat mudah diamati oleh awam adalah mulai pukul 18.48 WIB hingga pukul 22.11 WIB.

Saat inilah bulan memasuki bayang-bayang utama (umbra) Bumi. Wajah Bulan, yang seharusnya dalam fase purnama, sebagian menjadi gelap. Hal ini membuat wajah Bulan di bagian tepi menjadi agak cekung.  Peristiwa GBT aman dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu semisal binokuler (kèkeran) atau teleskop (teropong). Tidak berbahaya bagi kesehatan mata.

Namun, tatkala melihat dengan alat bantu optik dan mengamati bulan dalam fase purnama cukup menyilaukan. Jadi, tidak pula disarankan berlama-lama terlebih jika malam sedang benderang.